Wednesday 30 July 2014

Taksonomi Variabel Pembelajaran

Banyak upaya yang dilakukan ilmuan pembelajaran dalam mengklasifikasi variabel dalam pembelajaran. Pengelompokan atau taksonomi dapat diartikan sebagai salah satu metode klasifikasi tujuan instruksional secara berjenjang dan progresif ke tingkat yang lebih tinggi.
Menurut Reigeluth dan Merill (dalam Sudana Degeng, 1989:12) klasifikasi variabel-variabel pembelajaran ini dimodifikasi menjad tiga variabel yaitu sebagai berikut :
1.      Variabel kondisi pembelajaran
2.      Variabel metode pembelajaran
3.      Variabel hasil pembelajaran

2.1.1.      Kondisi Pembelajaran
Kondisi pembelajaran dapat didefinisikan sebagai faktor yang mempengaruhi efek penggunaan metode tertentu untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran dapat juga dikatakan dengan keadaan riil dilapangan atau keadaan pada saat terjadinya proses pembelajaran. Ondisi pembelajaran selalu berubah-ubah, hal ini tergantung pada situasi anak didik, kondisi kelas, materi pembelajaran.
Variabel yang termasuk kedalam kondisi pembelajaran yaitu variabel-variabel yang mempengaruhi penggunaan variabel metode yaitu :
1.      Tujuan dan Karakteristik Bidang Studi
Tujuan pembelajaran pada hakekatnya mengacu kepada hasil pembelajaran yang diharapkan. Sebagai hasil pembelajaran yang diharapkan, berarti tujuan pembelajaran ditetapkan lebih dulu, dan berikutnya semua upaya pengajaran diarahkan untuk mencapai tujuan ini. Tujuan pengajaran dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, sejalan dengan 2 jenis strategi pengorganisasi pengajaran yang ada (strategi dan mikro) yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Sedangkan karakteristik bidang studi adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat memberikan landasan yang berguna dalam mendeskripsikan strategi pembelajaran. Karakteristik setiap bidang studi sangatlah berbeda-beda. Oleh karena berbedanya karakter satu bidang studi dengan bidang studi yang lain dituntut menggunakan strategi dan media yang berbeda pula. Disinilah peranan seorang guru dalam mengorganisasi pelajaran, pemilihan media dan menetapkan strategi dalam pembelajaran.

2.      Kendala dan Karakteristik Bidang Studi
Ada dua variabel yang mempengaruhi pemilihan strategi penyampaian, yaitu : karakteristik bidang studi dan kendala. Karakteristik bidang studi perlu menjadi pertimangan khusus ketika memilih media pengajaran yang akan digunakan menyampaikan pembelajaran. Terutama dikaitkan dengan tingkat kecermatan suatu media dalam menyampaikan pembelajaran, kemampuan khusus yang dimiliki oleh suatu media, serta pengaruh motivasional yang mampu ditimbulkannya.
Sedangkan kendala adalah keterbatasan sumber-sumber, seperti media, waktu, personalia, dan uang. Kendala sering kali ditemukan seorang pendidik dalam menjalani kegiatan belajar dan pembelajaran. Terkadang guru sangat kesulitan untuk memilih media dalam pembelajaran. Sedangkan media adalah sesuatu yang mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media dapat juga kita artikan sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Apa bila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik.
Namun perlu kita ingat, bahwa peranan media tidak akan telrihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakala diabaikan, maka media bukan lagi sebagia alat bantu pengajaran, akan tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Selain itu kencala yang sering terjadi di lapangan adalah faktor keuangan. Seorang guru dituntut untuk mengunakan media dalam proses belajar mengajar. Aka tetapi disisi lain guru terbentur oleh masalah dana untuk mengadakan media  tersebut. Dan dari pihak sekolah tidak dapat memfasilitasi untuk pengadaan media. Menurut penulis, media yang digunakan tidak harus mahal, yang penting media tersebut dapat menghantarkan siswa pada tujua pembelajaran secara efektif dan efisien.
Pendidik pada saat sekarang ini harus mampu memanfaatkan media belajar dari yang sangat komplek sampai pada media pendidikan yang sangat sederhana. Agar proses pembelajaran tidak mengalami kesulitan, maka masalah perencanaan, pemilihan dan pemanfaatan media perlu dikuasai dengan baik oleh guru. Bahkan tidak mustahil dapat mengakibatkan kegagalan mencapai tujuan, bila tidak dikuasai sungguh-sungguh oleh guru.

3.      Karakteristik Siswa/Siswi Belajar
Karakteristik siswa-siswi belajar adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa seperti bakat, motivasi belajar dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya. Karakteristik si-belajar akan berpengaruh dalam pemilihan strategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik perseorangan si-belajar. Karakter siswa yang bermacam-macam menuntut guru untuk strategi dalam pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran. Bagaimanapun juga, tingkat tertentu, mungkin sekali suatu variabel kondisi akan mempengaruhi setiap variabel metode, disamping pengaruh utamanya pada strategi pengelolaan pembelajaran.

2.1.2.      Metode Pembelajaran
Menurut Yamin Martinis, (2007) metode pembelajaran adalah cara melakukan atau penyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode. Tujuan instruksional adalah pedoman yang mutlak dalam pemilihan metode. Dalam perumusan tujuan, guru perlu merumuskannya dengan jelas dan dapat diukur. Dengan begitu mudahlah bagi guru menentukan metode yang bagaimana yang dipilih guna menunjang pencapaian tujuan yang telah dirumuskan tersebut.
Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu metode, karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan ada kelemahannya. Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi peserta didik. Proses pembelajaran akan tampak kaku. Anak didik terlihat kurang bergairah belajar. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam penyampaian pesan-pesan keilmuan dan anak dirugikan. Ini berarti metode tidak dapat difungsikan oleh guru sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Variabel-variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 (tiga) jenis yaitu :
-         Strategi pengorganisasian
-         Strategi penyampaian
-         Strategi pengelolaan
Strategi pengorganisasian adalah metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan isi penataan isi format dan lainnya yang setingkat dengan itu.
Stratetgi mengorganisasi isi pengajaran disebut oleh Reigeluth, Buderson, dan Merrill sebagai struktural strategi, yang mengacu paca cara untuk membuat urutan (sequencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan. Sqeuencing mengacu pada pembuatan urutan penyajian isi bidang studi, dan synthesizing mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada pembelajar keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur atau prinsip yang terjandung dalam suatu bidang studi.
Pengorganisasian pengajaran secara khusus, merupakan fase yang amat penting dalam rancangan pengajaran. Synthesizing akan membuat topik-topik dalam suatu bidang studi menjadi lebih bermakna bagi pembelajar, yaitu dengan menunjukkan bagaimana topik-dopi itu terkait dengan keseluruhan isi bidang studi. Kebermaknaan ini akan menyebabkan pembelajar memiliki retensi yang lebih baik dan lebih lama terhadap topik-topik yang telah dipelajari. Sequencing, atau penataan urutan juga penting, karena diperlukan dalam pembuatan sintesis. Sintesis yang efektif hanya dapat dibuat bila isi telah ditata dengan cara tertentu dan yang lebih penting, karena pada hakekatnya semua isi bidang studi memiliki prasyarat belajar mebnurut Gagne (dalam Sudana Dengeng, 1989:84).
Penggarapan strategi pengorganisasi pengajaran tidak bisa dipisahkan dari karakteristik struktur isi bidang studi. Ini disebabkan oleh karena struktur isi bidang studi memiliki implikasi yang amat penting bagi upaya pembuatan urutan dan sintesis antar si suatu bidang studi. Strukitur bidang studi berupa struktur belajar atau hirarkhi belajar, struktur prosedural, struktur konseptual, dan struktur teoritik.
Sedangkan strategi penyampaikan adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi lebih lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap tahap pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaa anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.
Terhadap perbedaan daya serap anak didik sebagaimana yang dijelaskan diatass, memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metodelah salah satu jawabannya. Untuk sekelompok anak didik boleh jadi mereka mudah menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode tanya jawab, tetapi untuk sekelompok anak didik yang lain mereka lebih menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode demonstrasi atau metode yang lainnya.
Menghadapi kasus yang seperti ini maka seorang guru dituntut untuk menggunakan metode yang bervariasi dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan menggunakan metode yang bervariasi diharapkan semua siswa dapat mengikuti pelajaran dan mencapai tujuan kompetensi yang telah ditetapkan oleh guru.
Strategi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara si belajar dan variabel metode pembelajaran lainnya, variabel strategi pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan  bagaimana menata interaksi antara si belajar dengan variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan selama proses pembelajaran.

2.1.3.      Hasil Pembelajaran
Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu :
-         Keefektifan
-         Efisiensi
-         Daya tarik
Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian isi belajar. Ada empat aspek penting yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran yaitu (1) kecermatan penguasaan prilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan “tingkat kesalahan”, (2) kecepatan untuk kerja, (3) tingkat alih belajar, (4) tingkat retensi apa yang dipelajari.
Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara kesefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si belajar atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.
Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya, pengukuran kecenderungan siswa untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi.
Dari tiga variabel diatas kita dapat mengukur keberhasilan kita dalam mengajar, apakah pembelajaran kita sudah efektif, efisien dan memiliki daya tarik. Ciri pembelajaran yang baik apabila pembelajaan tersebut efektif, artinya si belajar telah mencapai tujuan dari apa yang disampaikan oleh guru. Kemudian efisien, sudahkah waktu yang ditentukan mencukupi dalam penyampaian materi pembelajaran, dan apakah biaya yang diperlukan dalam pembelajaran tadi sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Selanjutnya adakah pembelajaran yang disampaikan memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa, apabila pembelajaran tersebut memberikan kesan kepada siswa dan siswa cenderung untuk mencinai pembelajaran itu, berati kita telah berhasil dalam melaksanakan pembelajaran.



2.1.  Kesimpulan
Variabel pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu :
1.      Variabel kondisi pembelajaran, yaitu faktor faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Reigeluth dan Merrill mengelompokkan variabel kondisi pembelajaran menjadi tiga yaitu :
-         Tujuan ndan karakteristik bidang studi
-         Kendala dan karakteristik bidang studi
-         Karakteristik siswa
2.      Variabel metode pembelajaran, yaitu : cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda. Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tiga, yaitu :
-         Strategi pengorganisasian
-         Strategi penyampaian
-         Strategi pengelolaan
3.      Variabel hasil pembelajaran, yaitu : semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran dibawah kondisi yang berbeda. Variabel hasil pembelajaran juga diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
-         Keeektifan
-         Efisien
-         Daya tarik
Variabel kondisi dan metode adalah variabel bebas dan parameter kedua variabel ini berinteraksi untuk menghasilkan efek pada variabel hasil pembelajaran, sebagai variabel tergantung. Efek ini bisa berupa efek yang sengaja dirancang; karena itu ia merupakan efek yang diinginkan, dan bisa juga berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu. Bila acuan pembelajaran adalah pada efek atau hasil pengajaran yang diinginkan, maka hasil ini harus ditetapkan lebih dulu sebelum menetapkan metode pembelajaran. Jadi, metode pembelajaran nyang dipilih adalah metode yang optimal untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan. Langkah akan terbalik, apabila acuan pengajaran adalah pada efek atau hasil pengajaran yang nyata. Metode pengajaran yang akan dipakai ditetapkan lebih dulu, kemudian garu mengamati hasil pengajaran sebagia akibat dari penggunaan metode itu dibawah kondisi pengajaran yang ada.
Berdasarkan pendapat Reigeluth dan Merrill tentang taksonomi variabel pembelajaran khususnya variabel hasil pembelajaran diperkuat oleh taksonomi Bloom dkk bahwa untuk mengukur hasil pengajaran dalam proses pembelajaran didasarkan pada tipe isi bidang studi diklasifikasi menjadi 3 ranah yaitu :
Ranah kognitif terdiri dari : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, penilaian.
Ranah sikap terdiri dari : menerima, merespon, menghargai, mengorganisasi, karakteristik.
Ranah psikomotor terdiri dari : persepdi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.

2.2.  Saran
Dari pembahasan tentang taksonomi Variabel Pembelajaran maka disarankan kepada pendidik untuk melaksanakan variabel-variabel tersebut sesuai dengan pengklasifikasian variabel, sehingga dalam kegiatan pembelajaran seorang pendidik mampu melihat aspek-aspek apa saja yang ada pada pembelajaran.



DAFTAR PUSTAKA

Sudana Degeng. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud.

Yamin, Martinis. 2007. Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP. Jakarta : Gaung Persada Press.

Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sardiman A.M. 2001. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers.

THANKS TO sumber salinan http://tiana-simanjuntak.blogspot.com/2011/08/taksonomi-variabel-pembelajaran.html?m=1

Thursday 10 July 2014

Content Squencing (Urutan Materi Pembelajaran)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Berasumsi bahwa Anda bekerja untuk perusahaan telekomunikasi nasional yang mempekerjakan 2.000 orang di 30 call center di seluruh negeri. orang-orang ini menjual perusahaan adalah jasa, yang berkisar dari layanan telepon sederhana, pesan suara, 800 angka, akses internet. kelompok ini mengalami tingkat turnover tinggi sekitar 30% tahun dalam 12 bulan perusahaan sakit menginstal sistem komputer baru mengintegrasikan semua layanan ke dalam satu sistem (bertentangan dengan 14 sistem komputer individu dibutuhkan sekarang untuk berbagai produk). Anda bertanggung jawab untuk mengembangkan pelatihan untuk tch produk yang ditawarkan oleh perusahaan dan proses untuk menentukan harga produk ech berdasarkan pada penggunaan sebelumnya atau proyek kelompok ini. ada beberapa pilihan untuk merangkai konten. misalnya, Anda bisa mengatur urutan produk berdasarkan daya tariknya bagi pelajar (bunga), atau frekuensi mereka penjualan atau pertanyaan dari pelanggan (misalnya layanan jarak jauh perumahan sebelum pesan suara). atau Anda bisa mengurutkan mereka berdasarkan persyaratan seperti nomor 800 sebelum membahas total packge bisnis, yang meliputi voice mail dan nomor 800. bagaimana Anda akan squences informasi bagi peserta didik berpengalaman naif?

B.     Rumusan masalah
1.    Bagaimanakah cara mengurutkan content dalam meningkatkan pemahaman peserta didik
2.    Bagaimana mengembangkan strategi yang digunakan untuk mengurutkan unit tersebut
3.    Kapankah pengunaan content (urutan)  tersebut
4.    Apa keuntungan penggunaan skema urutan menurut Kemp?



C.     Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka berikut dapat dirumuskan tujuan dari pembuatan makalah ini:
1.    Untuk mengetahui cara mengurutkan content dalam meningkatkan pemahaman peserta didik
2.    Untuk mengetahui cara mengembangkan strategi yang digunakan untuk mengurutkan unit tersebut
3.    Untuk mengetahui cara pengunaan content (urutan)  tersebut
4.    Untuk mengetahui keuntungan penggunaan skema urutan menurut Kemp


BAB II
PEMBAHASAN
A.     SEQUENCING
Setelah Anda mengembangkan tujuan, Anda siap untuk menentukan urutan optimum untuk pembelajaran. Cara menentukan urutan yang paling tepat untuk menyajikan konten yang terkait dengan masing-masing tujuan. Sequencing adalah menentukan efisien konten sedemikian rupa untuk membantu pebelajar mencapai tujuan pembelajaran. Untuk beberapa tujuan, urutan yang disarankan dalam prosedur. Misalnya, ketika mengajar seseorang bagaimana untuk mengganti ban, tampaknya lebih tepat untuk mengenalkan peralatan dan bagian-bagiannya sebelumnya. Sebuah kursus tentang bagaimana menulis makalah penelitian memiliki beberapa urutan mungkin, yang semuanya sama-sama efektif.  Sebagai contoh, salah satu instruktur mungkin mulai dengan cara membaca sebuah makalah penelitian, sedangkan lain mungkin pertama mengajarkan bagaimana memanfaatkan perpustakaan.
B.     METODE SEQUENCING
Salah satu metode yang terkenal adalah metode prasyarat (Gagne, 1985), yang didasarkan pada hirarki belajar yang mengidentifikasi keterampilan yang bergantung pada keterampilan lainnya. Keterampilan prasyarat diajarkan pertama (misalnya, bagaimana untuk memilah data sebelum menandainya sebagai data yang harus dihapus). Pendekatan kedua, dijelaskan oleh Posner dan Strike (1976), adalah satu set strategi untuk sequenscing pengajaran berdasarkan konten pembelajaran terkait, yang berhubungan dengan dunia, dan konsep terkait.  Pendekatan yang paling baru adalah salah satu yang dijelaskan oleh English dan Reigeluth (1996) sebagai bagian dari teori elaborasi Reigeluth itu.
1.      THE POSNER DAN STRIKE SKEMA SEQUENCING
Tiga skema sequencing diusulkan oleh Posner dan Strike (1976) adalah sebagai berikut:.
·         Skema pertama, yang terkait pembelajaran, menunjukkan cara pengurutan konten berdasarkan karakteristik peserta didik yang diidentifikasi dalam analisis pebelajar. Skema ini berisi  kesulitan materi, daya tarik atau minat untuk pelajar, informasi prasyarat, dan perkembangan kognitif peserta didik.  Skema ini didasarkan pada kebutuhan peserta didik, tampaknya tepat bahwa urutan awal unit instruksi mengikuti pedoman tersebut.
·         Dua skema berikutnya yang berhubungan dengan dunia dan konsep yang terkait, merekomendasikan skema pengurutan berdasarkan jenis konten di unit yang diolah.  Sebagai contoh, skema yang berhubungan dengan dunia menunjukkan pengurutan didasarkan pada hubungan spasial, temporal, dan fisik diidentifikasi dalam konten.
·         Demikian pula, skema konsep terkait menunjukkan sequencing berdasarkan hubungan antara konsep-konsep. Setelah urutan awal berdasarkan karakteristik peserta didik, Anda harus memilih skema yang paling cocok untuk konten yaitu dari skema yang berhubungan dengan konsep atau yang berhubungan dengan dunia.  Jadi, jika Anda mencoba mengurutkan serangkaian konsep terkait (misalnya, herbivora, karnivora, omnivora, dan contoh dari masing-masing), pedoman konsep terkait akan sangat tepat untuk menentukan konsep disajikan (pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya).

Learning Related Sequencing
Berdasarkan karakteristik peserta didik yang diidentifikasi dalam analisis pembelajaran
·         prasyarat diidentifikasi -. Mengajarkan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan keterampilan lain pertama
·         Familiar  -. Mulai dengan informasi yang paling akrab dan kemudian maju ke paling terpencil
·         Tingkat Kesulitan -. Mengajar kurang sulit sebelum lebih sulit
·         minat -. Mulai dengan topik atau tugas yang akan menciptakan minat yang tinggi pada pebelajar
·         Pengembangan -. Memastikan bahwa pelajar telah mencapai tingkat pembangunan yang tepat sebelum mengajarkan tugas atau topik
Pertama, ada prasyarat diidentifikasi pelajar harus menguasai sebelum menunjukkan tugas yang lebih kompleks. Sebagai contoh, salah satu kebutuhan untuk belajar alfabet sebelum menggunakan kamus atau ensiklopedia atau sebelum mengatur data yang berdasarkan abjad. Keterampilan prasyarat dan pengetahuan yang diidentifikasi dalam analisis tugas.
Kedua mengajarkan tentang akrab atau dikenal sebelum mengajar tentang yang tidak diketahui. Ketika mengajar unit matematika pengukuran Anda mungkin mulai dengan inci, kaki, dan masalah-yard pengukuran sebelum mengajar masalah yang melibatkan perhitungan dengan sentimeter dan meter.
Skema-learning terkait ketiga adalah kesulitan, Posner dan Mogok (1976) menyatakan bahwa kesulitan ditentukan oleh perbedaan yang jelas dibuat pelajar, seberapa cepat prosedur dijalankan, dan jumlah proses kognitif yang diperlukan.  Pedoman menentukan cara mengajarkan tugas mudah pertama, seperti ejaan kata-kata singkat sebelum kata-kata yang lebih panjang dan menggunakan tombol  pada alat sebelum menjahit bahan yang akan dijahit. Demikian pula, tanduk guru Prancis lebih dulu akan mengajarkan siswa tentang interval dan kemudian pindah ke akord kompleks.
Keempat adalah urutan konten berdasarkan kepentingan. Sebuah pengantar saja pada pemrograman robot mungkin memulainya dengan cara membuat robot bergerak (yaitu, isi dengan minat yang tinggi) sebelum memperkenalkan teknik pemrograman terstruktur (misalnya, isi minat yang kurang).
Kelima, konten tersebut diurutkan sesuai dengan teori konstruktif dari Bruner, Piaget, atau Kohlberg. Sebagai contoh, berikut ini (1964, 1966) Teori Bruner, kata-kata (yaitu, simbol) akan diperkenalkan setelah peserta didik telah belajar gambar visual yang sesuai (yaitu, ikon) yang berhubungan dengan kata-kata.
Sebagai contoh lain:
o   Misalkan seorang profesor meminta bantuan dalam mendesain ulang kursus dalam fotografi.
o   Tujuan dapat mencakup belajar operasi dasar dari kamera, konsep kontrol bukaan dan kedalaman bidang, dan bagaimana untuk menghasilkan cetakan.
o   Kami pertama mungkin urutan konten menggunakan minat pelajar dengan membiarkan peserta didik untuk menembak beberapa gambar menggunakan bukaan otomatis kamera.
o   Peserta didik dapat menikmati kepuasan langsung dengan pengalaman hands-on.
Sebuah analisis prosedural biasanya menunjukkan urutan temporal, sedangkan analisis topik biasanya menunjukkan urutan logis. Meskipun urutan yang diidentifikasi oleh analisis prosedural yang digunakan dalam satuan instruksi, unit yang lebih efektif mungkin timbul dari urutan yang berbeda atau kombinasi urutan.
World related squencing
Konten yang mewakili benda, orang, dan peristiwa disajikan dalam urutan yang konsisten dengan dunia nyata. Berdasarkan konten yang melibatkan benda-benda, orang, dan peristiwa.
·         Ruang (yaitu, kiri ke kanan, atas ke bawah)
·         Temporal (yaitu, berkaitan dengan waktu; sejarah)
·         Fisik (yaitu, warna, bentuk, besar ke kecil)
Desainer instruksional berusaha untuk mencapai korespondensi satu-per-satu antara urutan instruksi dan urutan objek serta peristiwa di dunia nyata. pengurutan biasanya dilakukan sesuai dengan hubungan spasial, hubungan temporal, atau atribut fisik yang terjadi di dunia nyata.  Sebuah unit untuk tenaga penjualan pada grup pengenalan mobil kekuatan listrik baru fitur-fitur baru dalam urutan seperti yang ditemukan sambil berjalan di sekitar mobil. Mendasarkan organisasi pada tata letak fisik mobil ini disebut sebagai organisasi spasial.
Seorang mekanik mungkin akan lebih tertarik pada masing-masing komponen setiap sistem (listrik, tenaga, dll). Pengelompokan ini dengan fitur terkait disebut sebagai pengelompokan oleh fenomena fisik, yang merupakan penyajian barang serupa bersama-sama.
Akhirnya, sebuah unit yang diselenggarakan pada urutan tertib langkah-langkah, seperti apa pengemudi melihat ketika mendekati mobil, masuk mobil, dan kemudian mulai, didasarkan pada urutan temporal. Urutan temporal menggunakan waktu untuk urutan konten.
Concept Squencing
Setelah urutan dipilih, konten yang disajikan secara teratur sesuai dengan skema. Konten juga dapat diurutkan dengan cara yang konsisten dengan bagaimana kita mengatur dunia konseptual atau logis. Posner dan Strike (1976) hadir empat skema untuk sequencing konten konseptual.
Berdasarkan konten yang konsisten dengan pengorganisasian logis
·         Kelas hubungan - kelompok konsep yang mirip - urut umum ke spesifik
·         hubungan Proposisi -. Memberikan contoh terlebih dahulu, maka proposisi
·         Kecanggihan -. Mulai dengan beton dan melanjutkan ke abstrak atau sederhana untuk kompleks
·         prasyarat logis -. Mengajarkan prasyarat yang diperlukan untuk memahami
Yang pertama adalah hubungan kelas, hal pengelompokan atau kejadian (yaitu, konsep) yang mirip. Urutan yang disarankan adalah untuk mengajarkan konsep'' kelas'' pertama (yaitu, komputer pribadi) dan kemudian konsep individu'' kelas'' anggotanya.  Sebagai contoh, sebuah unit pada komputer mungkin mulai dengan deskripsi konsep umum dari sebuah komputer (misalnya, input, output, prosesor pusat) sebelum pindah ke jenis tertentu komputer (misalnya, desktop, laptop, netbook). Dalam kursus pemrograman database, instruktur akan mulai dengan mengajarkan konsep'''' basis data sebelum membahas tipe tertentu dari database, seperti database hirarkis, relasional, dan multidimensi.
Skema konsep-sequencing kedua, hubungan proposisional, mengatur mengajarkan hubungan antara proposisi sebelum mengajar proposisi. Sebuah aplikasi dari prinsip ini adalah urutan untuk mengajarkan hubungan antara volume, suhu, dan tekanan gas ideal (yaitu, hukum Boyle). Urutan diresepkan mungkin untuk menyajikan berbagai volume yang berbeda, suhu, dan kondisi tekanan untuk menggambarkan hubungan antara tiga variabel sebelum mengajar hukum Boyle.
Skema konsep-sequencing ketiga adalah untuk mengatur konten dengan kecanggihan. Contoh konsep kecanggihan adalah kontinum beton untuk abstrak dan sederhana sampai yang kompleks. Resep adalah untuk memulai dengan beton, sederhana, atau konsep yang tepat dan kemudian lanjutkan untuk konsep-konsep abstrak, kompleks, dan tidak tepat. Sebagai contoh, seorang instruktur kimia mungkin mulai unit dengan penjelasan dari senyawa sederhana seperti garam sebelum membahas ikatan ionik (beton untuk abstrak).
Skema konsep-sequencing keempat adalah prasyarat logis, yang mengatur bahwa konsep-konsep yang diperlukan untuk memahami konsep lain diajarkan terlebih dahulu. Dalam kimia, instruktur akan perlu mengajarkan konsep reaksi kimia sebelum memperkenalkan konsep enzim yang mempercepat reaksi kimia.
cara membuat urutan keputusan
Urutan unit instruksi dapat menggunakan strategi dari masing-masing tiga sequencing skema-learning terkait, dunia yang terkait, dan konsep yang terkait-diidentifikasi oleh Posner dan Strike (1976).  Keputusan yang sebenarnya didasarkan pertama pada karakteristik peserta didik dan kemudian pada sifat konten.
2.      ELABORATION THEORY SEQUENCING
Untuk menentukan urutan instruksi, teori elaborasi membuat perbedaan antara jenis keahlian pelajar untuk mengembangkan (English & Reigeluth, 1996). Keahlian Konten menjelaskan instruksi yang akan membantu pelajar menguasai tubuh pengetahuan seperti kimia atau manajemen. Keahlian tugas menggambarkan unit yang akan membantu pelajar menjadi ahli pada tugas seperti menggunakan busur dan anak panah, mengisi formulir pajak, atau memecahkan masalah matematika cerita.
Content Expertise Sequencing
Urutan elaborasi konseptual atau teoritis digunakan untuk keahlian mengembangkan konten. Urutan konseptual mengatur konsep sesuai dengan atasan mereka, mengkoordinasikan, dan hubungan bawahan. Misalnya, dalam kursus statistik, konsep superordinat akan ukuran pemusatan. Koordinat konsep akan berarti, modus, dan median. Konsep subordinat akan mencakup nilai dan jumlah.
Task Expertise Sequencing
Teori elaborasi urutan untuk tugas mengajar menggunakan metode kondisi menyederhanakan. Sequencing untuk suatu tugas harus mulai dengan tugas sederhana dan melanjutkan ke tugas yang lebih kompleks. Sebagai contoh, ketika pelatihan teller bank, kita mungkin mulai dengan tugas sederhana seperti bagaimana untuk menerima deposit tunai ke rekening tabungan. Selanjutnya, kita mungkin menunjukkan teller bagaimana untuk memeriksa saldo rekening giro. Setelah mereka tahu bagaimana untuk memeriksa saldo account, kita bisa menunjukkan kepada mereka bagaimana untuk memeriksa saldo dan kemudian menguangkan cek jika ada dana yang memadai. Pengajaran ini peserta didik naif bagaimana menilai aplikasi pinjaman atau bagaimana bereaksi dalam perampokan adalah tugas yang lebih kompleks dan akan mendekati akhir pelatihan.
From Objectives To Sequencing
Analisis tugas Anda akan memberikan gambaran umum, sedangkan klasifikasi tujuan Anda dalam matriks konten kinerja diperluas akan mengidentifikasi jenis konten dalam analisis tugas Anda. Berdasarkan pada konten Anda dan kinerja, Anda dapat memilih strategi sequencing untuk masing-masing tujuan. Jika unit Anda terutama berkaitan dengan mengajar prosedur (misalnya, bagaimana untuk mengikat knot untuk fly fishing), Anda mungkin menggunakan strategi yang sama untuk sequencing unit total, seperti mengatur catatan dari yang sederhana sampai yang paling sulit dan kemudian menyajikan langkah-langkah dalam urutan temporal.
C.    KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN PEMBELAJARAN DENGAN MODUL
Berdasarkan konsep pendidikan kesetaraan yang fleksibel terhadap waktu belajar dan tempat belajar. Dengan demikian, modul sangat tepat dan dapat memberikan keuntungan kepada warga belajar. Selain itu alasan yang paling mendasar adalah pengembangan ini menggunakan model Dick, Carey dan Carey. Dick dkk (2001) merekomendasikan bahwa pengembangan materi pembelajaran harus berupa bahan pembelajaran individu. Nasution (1997) mengemukakan beberapa keuntungan–keuntungan pembelajaran dengan modul sebagaimana berikut ini;
1.    Memberikan umpan balik segera
Modul dapat memberikan umpan balik segera sehingga pebelajar mengetahui kekurangan mereka dan segera melakukan perbaikan sendiri. Walaupun individu berbeda kecepatan (slow dan advance) tetapi pebelajar memiliki kesempatan menyelesaikan pembelajaran dengan kemampuannya sendiri tentunya dengan kondisi yang tepat pula (Morrison, Ross, dan Kemp, 2001). Ditambahkan oleh Nasution (1997), Modul memberikan warga belajar waktu yang cukup untuk menguasai bahan.
2.    Menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas sehingga terarah ke tujuan
Dalam modul ditetapkan tujuan pembelajaran yang jelas sehingga kinerja warga belajar jelas dan terarah dalam mencapai tujuan pembelajaran. Bukan hanya tujuan saja (Morrison, Ross, dan Kemp, 2001) menyatakan tujuan dan sumber ditetapkan dengan extra hati-hati dan sesuai dengan karakteristik pembelajar.

3.    Menerapkan pembelajaran yang sistematis
Pembelajaran yang sistematis dan teratur menumbuhkan motivasi. Pengembangan modul yang didesain menarik, mudah untuk dipelajari, dan dapat menjawab kebutuhan tentu akan menumbuhkan motivasi warga belajar. Morrison, Ross, dan Kemp (2001) menyatakan bahwa pembelajaran individu dapat menumbuhkan kebiasaan belajar, tanggungjawab bekerja dan prilaku pribadi.
4.    Modul bersifat fleksibel.
Modul fleksibel karena materi modul dapat dipelajari oleh warga belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda (Nasutin, 1997), sumber belajar pun dapat ditambahkan (Morrison, Ross, dan Kemp, 2001).
5.    Kerja sama terjalin dan persaingan dapat diminimalisir
Kerja sama dapat terjalin karena dengan modul persaingan dapat diminimalisir dan setiap warga belajar berusaha mencapai yang terbaik serta kerjasama juga terjalin antara pebelajar dan pembelajar (Nasution, 1997). Selain itu, pengembang modul ini juga berkeyakinan bahwa melalui instruksi atau strategi belajar berpasangan (in pairs) dan berkelompok, kerja sama dapat terjalin antar warga belajar.
6.      Waktu untuk remedi cukup tersedia
Remedi dapat dilakukan karena modul memberikan kesempatan yang cukup. Berdasarkan evaluasi yang diberikan, warga belajar dapat menemukan sendiri kelemahannya. Perbaikan atau remedi dilakukan hanya terhadap kesalahan, sehingga remedi dapat efektif dan efisien.
Selain pebelajar, pembelajar juga mendapatkan beberapa keuntungan dengan menggunakan modul, beberapa diantaranya dikemukakan oleh Nasution (1997).
Keuntuangan modul menurut Morrison, Ross, dan Kemp (2001) adalah:
1.    Rasa kepuasan karena setiap warga belajar dapat belajar sesuai dengan kapasitasnya dan terjamin
2.    Bantuan lebih personal, (Morrison dkk, 2001) menyatakan pembelajar dapat memberikan perhatian secara individual dengan demikian perhatian dan bantuan akan lebih effektif;
3.    Remedi dapat diberikan secukupnya
4.    Bebas dari pekerjaan rutin yang mungkin membosankan
5.    Bahan tidak mubasir karena modul dapat digunakan kapanpun dan setiap sekolah dapat saling berbagi menggunakan satu modul
6.    Tugas profesi membaik, karena pembelajar dapat merefleksikan dan terangsang dengan munculnya beberapa pertanyaan; bagaimana warga belajar melakukan pembelajaran? dan bagaimana pembelajar memperbaiki proses? Pembelajaran modul dengan metode belajar individu tidak lepas dari kelemahan-kelemahan.

Kelemahan modul menurut Morrison, Ross, dan Kemp (2001) adalah:
1.    Interaksi antara pembelajar dan pebelajar berkurang sehingga perlu jadwal tatap muka atau kegiatan kelompok
2.    Pendekatan tunggal menyebabkan monoton dan membosankan karena itu perlu permasalahan yang menantang, terbuka dan bervariasi
3.    Kemandirian yang bebas, menyebabkan pebelajar tidak disiplin dan menunda mengerjakan tugas karena itu perlu membangun kultur belajar dan batasan waktu;
4.    Perencanaan harus matang, memerlukan kerja sama tim, memerlukan dukungan fasilitas, media, sumber dan lainnya
5.    Persiapan materi memerlukan biaya yang lebih mahal bila dibandingkan dengan metode ceramah.

Tugas kita
Setelah Anda membuat tujuan Anda dan diklasifikasikan dalam matriks kinerja konten Anda. Pilih Metode sequencing (s) untuk instruksi Anda. Anda harus menyatakan mengapa Anda telah memilih metode sequencing Anda (s)


BAB III
KESIMPUlAN
1.      Dalam meningkatkan pemahaman peserta didik digunakan dua metode 1. Posner and Strike (1976)  diantaraya (a) learning related squencing, (b) World related squencing, dan (c) Concept Squencing dan yang ke 2. Elaboration Theory Sequencing diantaranya (a) Content Expertise Sequencing, (b) Task Expertise Sequencing, (c) From Objectives To Sequencing.
2.      Untuk dapat mengembangkan strategi untuk pemahaman siswa, Anda harus menentukan tujuan, Anda siap untuk menentukan urutan optimum untuk pembelajaran. Cara menentukan urutan yang paling tepat untuk menyajikan konten yang terkait dengan masing-masing tujuan. Yang pertama dengan cara squencing. Sequencing adalah menentukan efisien konten sedemikian rupa untuk membantu pebelajar mencapai tujuan pembelajaran. Untuk beberapa tujuan, urutan yang disarankan dalam prosedur.
3.      Cara pengunaan content (urutan)  tersebut yaitu Urutan unit instruksi dapat menggunakan strategi dari masing-masing tiga sequencing skema-learning terkait, dunia yang terkait, dan konsep yang terkait-diidentifikasi oleh Posner dan Strike (1976).  Keputusan yang sebenarnya didasarkan pertama pada karakteristik peserta didik dan kemudian pada sifat konten.
4.      Keuntungan yang diperoleh dari metode tersebut adalah .   
a.       Memberikan umpan balik segera
b.      Menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas sehingga terarah ke tujuan
c.       Menerapkan pembelajaran yang sistematis
d.      Modul bersifat fleksibel.
e.       Kerja sama terjalin dan persaingan dapat diminimalisir
f.       Waktu untuk remedi cukup tersedia